MEMELIHARA KEDAMAIAN HATI-DAMAI HATI
Salah satu tanda kepribadian seorang
muslim itu adalah berdzikir. Kita dianjurkan berdzikir setiap saat, dari
bangun hingga tidur kembali. Secara harfiah, arti dzikir adalah
mengingat Allah dengan menyebut nama-nama-Nya.
Insya Allah, dengan membiasakan lidah untuk mengucap kalimat-kalimat thayyibah, akan semakin mempertinggi ma’rifat kita kepada Allah swt. Dengan dekat kepada Allah, hati jadi tenang. Berikut ini adalah tujuh kalimat thayyibah yang harus menjadi penghias bibir umat setiap waktu.
Insya Allah, dengan membiasakan lidah untuk mengucap kalimat-kalimat thayyibah, akan semakin mempertinggi ma’rifat kita kepada Allah swt. Dengan dekat kepada Allah, hati jadi tenang. Berikut ini adalah tujuh kalimat thayyibah yang harus menjadi penghias bibir umat setiap waktu.
1. Bismillahirrahmanirrahim.
Diucapkan
setiap kita mengawali segala perbuatan. Insya Allah, jika lidah kita
terbiasa, perbuatan ini sudah menjadi refleks kita, maka akan lebih
mudah bagi kita untuk menjaga diri dari perbuatan buruk. Karena
senantiasa kita diingatkan bahwa ada Allah yang melihat perbuatan kita.
Kalimat
ini sekaligus mengingatkan kita, bahwa segala sesuatu adalah milik
Allah, termasuk diri kita yang hina ini. Juga setiap perbuatan kita,
hendaknya semua berada di garis yang ditetapkan Allah.
Dalam
sebuah hadis Rasulullah menyatakan, “Bahwa setiap perbuatan baik yang
tidak dimulai dengan kalimat basmalah, maka perbuatan itu tak berkah.”
2.
Alhamdulillah
Inti dari ucapan dzikir ini adalah ungkapan rasa
syukur atas karunia dan rahmat Allah swt. Sesungguhnyalah, pancaran
perasaan syukur adalah energi kehidupan yang sangat besar bagi manusia.
Mereka yang paling banyak bisa bersyukur, berarti telah memiliki yang
terbanyak dibanding orang lain. Mengenai hal ini difirmankan dalam QS.
Ibrahim ayat 7, bahwa Allah akan menambah rahmat nikmat-Nya kepada
mereka yang mampu bersyukur.
Dengan mengucap kalimat ini setiap
selesai melakukan satu pekerjaan, manusia seakan menguatkan keyakinannya
bahwa tak akan pernah terjadi sesuatupun tanpa campur tangan Allah.
Jika sesuatu itu baik, dirasakan sebagai pertolongan Allah. Jika sesuatu
itu kurang baik, tetap disyukuri dengan berkeyakinan bahwa itupun sudah
lebih baik dari pada tidak sama sekali.
Dan manakala seseorang
telah terbiasa mengucap syukur untuk hal-hal yang kecil, maka ketika
Allah menganugerahkan nikmat yang sedikit lebih besar, maka kenikmatan
yang dirasakan orang tersebut akan berlipat ganda.
3.
Astaghfirullah
Difirmankan dalam QS. Ali Imran 135, “Orang-orang
yang berbuat kekejian atau menzalimi dirinya lalu ingat kepada Allah,
maka minta ampunlah untuk mereka atas dosa-dosa yang dilakukan.”
Sungguh
Maha Suci Allah Yang Maha Sempurna. Setelah Ia ciptakan manusia sebagai
makhluk hidup yang secara sunnatullah bisa berbuat khilaf, sekaligus Ia
berikan ‘obat’ bagi kekhilafan tersebut. Bagi mereka yang pandai
meminum obat ini, maka mereka tak akan terserang penyakit hati yang
lebih serius. Allah Maha Pengampun, terutama bagi siapapun yang segera
bertobat begitu sadar telah berbuat khilaf.
Ummat Islam harus
membasahkan bibir mereka dengan istighfar ini, sehingga noda-noda dosa
yang sempat menempel sedikit demi sedikit setiap hari tidak segera
menumpuk menjadi noktah hitam yang tebal. Semakin lama noda-noda ini
tertumpuk, akan menjadi semakin sulit untuk menghilangkannya. Maka
benarlah bahwa kebanyakan kesalahan besar berawal dari
kekeliruan-kekeliruan kecil yang tidak dibenahi.
Sayangnya,
seringkali manusia terlambat menyadari kekhilafannya itu. Untuk
menghindari keterlambatan tobat, maka dianjurkan untuk istiqamah
mengucapkan dzikir ini setiap hari, terutama setelah shalat, walau
dirasakan tak ada kesalahan yang diperbuat. Rasulullah saw sendiri, yang
sudah dijamin ma’shum, (terjaga dari dosa), dalam sehari mengucap
istighfar setidaknya 100 kali.
4. Insya Allah
Diucapkan
ketika seseorang berniat hendak melakukan sesuatu di masa yang akan
datang. Dzikir ini akan mengingatkan kita, bahwa kehendak Allah adalah
di atas segalanya. Tak seorangpun mengetahui apa yang akan terjadi detik
setelah ini. Itu sebabnya, tak akan pernah ada janji yang diikat 100 %
antar manusia, kecuali dengan menambahkan kalimat, Insya Allah (QS. Al
Kahfi, 23-24).
Sayangnya, banyak orang mempergunakan kalimat ini
secara keliru, hingga berkembang anggapan bahwa kalimat mulia ini
diucapkan sebagai kelonggaran untuk tidak menepati janji. Perbuatan umum
ini banyak menggejala dalam sebagian masyarakat, sehingga membuat
banyak orang memandang negatif kalimat ini.
Adalah tanggung jawab
kita bersama, kaum muslim, untuk meluruskan pandangan ini. Dimulai
dengan diri kita sendiri. Mari kita buktikan bahwa ucapan Insya Allah
bukan berarti niat untuk melanggar. Akan tetapi sebagai ikatan janji
yang sudah pasti akan ditepati secara logika manusia, disertai
kepasrahan terhadap kehendak Allah yang sewaktu-waktu bisa membuyarkan
rencana.
5. Laa Haula walaa quwwata illaa billaah.
Dzikir
yang merupakan pengakuan terhadap kefanaan manusia dan ke-Maha Kuasanya
Allah ini diucapkan ketika seseorang mengambil keputusan (ber’azam).
Kalimat thayibah ini adalah pancaran dari sikap tawakal seseorang.
Setelah berupaya nyata mempertimbangkan, maka ketika keputusan diambil,
dilanjutkan dengan tawakal kepada Allah, yang dinyatakan dalam sikap
menerima resiko apapun yang terjadi nantinya akibat diputuskannya
keputusan tadi. (Qs Ali Imran : 159).
6. Laa Ilaaha Illallah
Banyak
hadis nabi Muhammad yang menyebutkan keutamaan kalimat thayibah ini.
Bahkan disebutkan pula sebagai kunci pintu surga. Dalam prakteknya,
masih banyak muslim yang terus menerus melafalkan kalimat ini dalam
setiap kesempatan, sayangnya, masih hanya sekedar refleks bibir saja.
Padahal,
andai seseorang mengucapkan dzikir ini sembari mengupas hikmahnya,
sungguh nikmat dan manfaatnya akan diperoleh tiada habis-habisnya.
Karena penjabaran arti dari kalimat ini begitu luasnya. Dan manfaatnya
pun bisa dirasakan di setiap waktu dan dalam kondisi apapun. Intinya
satu; mengingat kebesaran Allah SWT.
7. Innalillahi wa inna
ilaihi rajiun
Sungguh benar bahwa manusia adalah milik Allah, dan
setiap inci pergerakan tubuhnya beradadalam genggaman Nya. Namun
kenyataan bahwa segala sesuatu itu pasti kembali kepada pemiliknya,
Allah SWT, tak jarang sulit untuk bisa diterima manusia. Dzikir yang
diucapkan di saat menghadapi musibah ini akan membantu kita untuk
mengingat akan hal ini.
Insya Allah, dengan membiasakan meresapi
hikmah kalimat ini, kita menjadi lapang dada dalam menghadapi setiap
peristiwa, seburuk apapun, yang sudah menjadi takdir kita. Semakin dalam
seseorang menghayati hikmah dzikir ini, semakin ringan dia menghadapi
kehidupan yang berat ini, tanpa harus menghadapi stress maupun depresi.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !