Pasuruan, edukasi news
Pertengahan April ini, Seluruh Siswa Siswi pada jenjang akhir mulai SD, SMP, dan SMA sederajat akan menghadapi Ujian Nasional. Ujian yang sebagaimana dikatakan banyak siwa siswi ibarat maju dalam medan perang mengingat pertaruhannya adalah lulus dan tidak lulus ini sudah dirasakan dampaknya setiap tahun. Fatal bahkan yang sering terjadi, siswa siswi yang lulus tentunya sangat bahagia dengan hasil yang dicapai, namun bagi yang tidak lulus tak sedikit yang berbuat nekad hingga ada yang bunuh diri karena stress dan malu.
Kenyataan ini kata Kepala Kantor Kementrian Agama (Kakan Kemenag) Kabupaten Pasuruan H. Barnoto perlu diantisipasi sejak dini. Dimana Kata H. Barnoto, antisipasi paling penting adalah dengan melakukan penguatan mental bagi siswa siswi dengan barbagai cara normatif dan tidak menyimpang dari rel akademisi.
Faktor-faktor yang mendasari si anak mengalami ketakutan bahkan cenderung menjadi beban mental yang sangat mendominasi terdiri banyak hal, tentunya kata H. Barnoto, ketakutan tidak lulus adalah puncaknya. Namun ketakutan memuncak itu bisa disebabkan takut dimarahi orang tua, malu pada tetangga, malu pada teman, atau hal lain terkait gengsi tinggi yang mengikuti karakter siswa atau siswi tersebut, serta kemungkinan ada faktor lain misalnya ada nadzar atau adanya rencana keluarga yang bisa mempengaruhi jiwa si anak didik.
Berbagai faktor ini tentunya hal yang bisa mempengaruhi mental dan menimbulkan ketakutan yang sangat saat menghadapi Ujian Nasional. Namun kata H. Barnoto, jika ketakutan itu dimanage dengan benar yakni dengan cara memotivasi agar sejak dini siswa siswi belajar yang rajin, mengikuti proses belajar mengajar dengan disiplin, maka mental si anak akan menjadi kuat dan tenang saat menghadapi ujian.
“Di sinilah peran berbagai komponen sangat dibutuhkan, yakni peran guru sebagai pengajar dan pendidik di sekolah, serta peran orangtua yang seharusnya memiliki peran mendidik yang lebih besar terhadap anaknya, “tukas H. Barnoto.
Dalam ukuran jangka pendek kata H. Barnoto, banyak hal yang pastinya dilakukan sekolah untuk menempa si siswa agar bisa menjawab soal ujian dengan benar sehingga bisa lulus bahkan memperolah prestasi, seperti menambah jam belajar dengan Program Intensif Belajar (PIB) atau kegiatan lain yang fokus untuk menghadapi sebuah klimaks kegiatan belajar di sekolah yang berupa Ujian Nasional.
Namun kata pria murah senyum ini, hal itu tentu tidak cukup, bahkan bisa menjadi bomerang karena siswa merasa tertekan karena jadwal pelajaran yang sangat padat. Untuk mengantisipasi hal itu kata H. Barnoto harus diimbangi dengan kegiatan spiritual berupa siraman rohani dan do’a bersama, “Yang paling penting adalah keikhlasan dan ketulusan orang tua untuk mendoakan anak-anaknya, “tukas H. Barnoto.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !