GEBYAR MALAM HARI KARTINI DI ALUN-ALUN SITUBONDO - ...
Headlines News :

Edukasi online

Edukasi online
Logo Edukasi news

GIAT KARYA

GIAT KARYA
Pembangunan Gedung Redaksi edukasi news

GIAT KARYA

GIAT KARYA
PEMBANGUNAN GEDUNG REDAKSI EDUKASI NEWS

dasdasd

Home » » GEBYAR MALAM HARI KARTINI DI ALUN-ALUN SITUBONDO

GEBYAR MALAM HARI KARTINI DI ALUN-ALUN SITUBONDO

Written By Unknown on Minggu, 21 April 2013 | Minggu, April 21, 2013

Bupati dan Wakil Bupati Stubondo di dampingi Ibu dan Ulama
Gaung Hari Kartini pada malam minggu di alun-alun Kota Situbondo tadi sangat menarik bagi Masyarakat Situbondo  dan sekitarnya karena baru kali ini Peringatan Hari Kartini di meriahkan bersama-sama Masyarakat . Jauh sebelumnya memang banyak sekali kegiatan lomba dalam rangka memperingati Hari KArtini ini sehingga pada hari pamungkas tadi di tutup dengan pembacaan Sholawat Nariah bersama dan di lanjutkan event Fashion show yang di ikuti oleh Siswa-siswi SMA/SMK se Kabupaten Situbondo juga di ikuti oleh jajaran Instansi sekabupaten Situbondo pula.


Namun sebelu acara itu para Ibu-ibu Dharma wanita juga ikut berparti sipasi dengan penampilannya yaitu Hadroh Kaum hawa yang di sambut dengan tepuk tangan para penonton dengan suara gegap gempita kedengarannya. Dengan adanya kegiatan ini kita pelajari Hikmah dari hari Kartini bahwa Hari Kartini yang diperingati setiap tanggal 21 April, adalah simbol semangat perjuangan wanita untuk persamaan derajat dengan pria, atau yang sering dikenal dengan kata Emansipasi Wanita.
Kartini merupakan pahlawan wanita Indonesia yang berjuang dengan hati untuk memajukan nilai-nilai kewanitaan yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Dengan segenap jiwa dan raganya, emansipasi wanita di Indonesia menjadi bukti betapa besar jasa beliau kepada wanita-wanita Indonesia pada zaman penjajahan.
Pada abad 18, wanita di negeri ini selalu diperlakukan berbeda dengan pria. Perbedaan itu hampir tidak manusiawi. Wanita tidak bebas menentukan pilihan bahkan tidak punya pilihan sama sekali, contohnya dalam memilih jodoh. Wanita dianggap memiliki perangai lemah, karena itulah pendidikan untuk wanita dibedakan. Wanita belum diizinkan memperoleh pendidikan yang tinggi, begitu juga dalam menjalankan aktivitas sosial dan pemerintahan, wanita dinilai tidak pantas ikut serta di dalamnya.

Bernama lengkap Raden Ajeng Kartini yang lahir pada tanggal 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah. Beliau

Kartini menginginkan budaya patriarki yang telah menjadi pohon besar di tengah-tengah masyarakat Jawa itu tumbang. Budaya patriarki memiliki pemahaman bahwa pria lebih mendominasi pekerjaan dalam segala bidang. Rumah tangga, pekerjaan, hingga pendidikan harus dikendalikan oleh pria. Dalam budaya tersebut, perempuan dinilai sebagai orang yang sangat lemah dan harus tunduk dan menerima setiap perlakuan atau keputusan pria. Kartini ingin posisi perempuan sejajar dengan laki-laki baik dalam hak dan kewajiban. Kartini juga mengajarkan kaumnya agar dapat mandiri, berdiri sejajar dengan kaum Pria.

Tekad Kartini untuk memajukan wanita Indonesia kian besar. Beliau sadar, hanya dengan pendidikanlah wanita bisa maju dan setara dengan kaum pria. Kartini yang tidak pantang menyerah demi cita-cita mulianya, mulai mendirikan sekolah ditempat kelahirannya yaitu di Jepara. Beliau mengajarkan menjahit, memasak dan sebagainya.

Demi memajukan sekolah yang didirikannya, beliau berencana mengikuti sekolah guru di Belanda agar menjadi pendidik yang berkualitas. Beasiswa pun berhasil diraihnya. Namun rintangan dan hambatan yang berat beliau temui saat orang tuanya melarang untuk sekolah ke negeri Belanda dan segera dinikahkan oleh Bupati Rembang Raden Adipati Joyodiningrat.

Pernikahan tidak membuatnya patah semangat, sekalipun harus menuruti perintah suaminya. Beliau dapat terus berlari dalam cita-cita agungnya itu. Dengan belajar mengikuti perkembangan zaman, beliau mendirikan sekolah lagi di Rembang. Apa yang dilakukannya menjadi panutan wanita-wanita Indonesia lainnya yang ikut mendirikan sekolah khusus wanita. Sekolah wanita yang dinamakan ‘Sekolah Kartini’ tersebut, di tempatkan di daerah-daerah  seperti Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, dan Cirebon.

“Habis Gelap Terbitlah Terang” adalah buku dari kumpulan surat-surat yang ditulis Kartini semasa hidupnya. Terinspirasi dari kalimat mina dulumati ila nuur dalam Al-Qur’an, buku tersebut berisikan tentang semangat kewanitaan yang menjadi motivasi jiwa-jiwa yang dulu dianggap lemah. Namun, setelah beliau wafat pada 17 September 1904 di usia yang masih sangat muda yaitu 25 tahun, dekade emansipasi wanita merajalela hingga pergerakan kemajuannya terasa sampai sekarang.

Jasa besar Kartini menjadikan dirinya dianugrahi gelar oleh Presiden pertama Indonesia Ir Soekarno sebagai Pahlawan Nasional Republik Indonesia dan menetapkan hari kelahirannya sebagai Hari Kartini yang jatuh pada tanggal 21 April. Hari itu menjadi hari besar yang selalu diperingati oleh masyarakat Indonesia setiap tahunnya.

Hari Kartini diperingati sebagian besar oleh masyarakat Indonesia terutama di sekolah-sekolah dengan menampilkan pakaian-pakaian adat terutama bagi pelajar sekolah dasar. Peringatan itu tidak lain agar pelajar mengetahui adanya Hari Kartini yang setiap tahun diadakan dengan semangat perjuangan seorang wanita membangun persamaan kedudukan. Pelajar wanita dan pria menggunakan pakaian adat dengan sopan, santun dan rapih, menandakan tidak ada diskriminatif antara keduanya.

Kini, masa ini sudah menjadi pengetahuan umum, bahwa wanita tidak lagi menjadi lemah yang hanya bisa mengurusi rumah dan anak-anak saja. Di ujung Sabang sampai sudut Merauke, semangat yang diajarkan oleh Kartini sudah mengakar, dan tidak perlu ada lagi perbedaan derajat antara wanita dan pria. Masyarakat pribumi sudah barang tentu kenal dengan pahlawan wanita Indonesia yang bernama Kartini. Penghinaan dan perendah-dirian yang dulu ada, kini telah lenyap ditelan perkasanya ‘kelembutan’ wanita. Kekhawatiran dan ketakutan kaum lemah yang hanya menjadi pesuruh rumah tangga, kini telah hadir dan berperan serta dalam membangun negeri.

Pengetahuan dasar yang diperoleh dari Kartini adalah kesempatan untuk mendapat pendidikan yang tinggi bagi kaum wanita. Wanita hari ini memiliki karir pekerjaan, gelar pendidikan, pebisnis handal, bahkan menjadi presiden. Semua itu adalah semangat Kartini yang merajalela di hati mereka. Semangat mereka tidak akan redup, karena di hati wanita Indonesia kini ada sinar-sinar Kartini dari hati emasnya.

Menjadi wanita adalah anugerah yang sama sempurnanya dengan pria. Sempurna untuk disyukuri apa yang menjadi takdir yang Maha Kuasa. Wanita lahir di bumi Indonesia ini untuk bangkit bersama meraih kemandirian. Perjuangan untuk bisa sejajar dengan kaum pria sudah dilewati oleh Kartini seorang, dan beliau sanggup mensejajarkannya. Tinggal hari ini adalah perjuangan bersama mensejahterakan bumi Indonesia. Tidak ada lagi kata “Emansipasi Wanita” yang kebablasan, sehingga seolah-olah kaum wanita tidak membutuhkan peran pria. Tujuan Kartini sesungguhnya adalah posisi kaum wanita dan pria saling menghargai, menghormati, menjaga kebebasan serta menjaga kemandirian masing-masing.

Untuk memaknai hari Kartini, sebagai masyarakat Indonesia baik wanita mahupun pria, sebaiknya lebih memandang pentingnya kebersamaan dalam berbangsa dan bernegara. Instropeksi harus selalu dilakukan untuk melihat lebih dalam, apakah kita telah mandiri? Ataukah persamaan derajat kita telah sejajar?.

Persamaan derajat hari ini bukan lagi antara pria dan wanita, namun sekarang derajat itu adalah antara si miskin dan si kaya, penguasa dan peminta-minta, atau penghuni rumah dan penghuni gubuk jalanan. Jika Kartini mampu mensejajarkan derajat wanita dan pria, mengapa kita tidak.? Untuk itu, Marilah kita tingkatkan kualitas diri kita dan tunjukkan bahwa kita mampu berperan aktif dalam mensejajarkan perbedaan derajat saat ini.

 Adalah putri Bupati Jepara Raden Mas Adipati Sastrodiningrat dan cucu dari Bupati Demak, Tjondronegoro. Saat menanjak dewasa, beliau menilai wanita itu penuh dengan kehampaan, ketiadaan dan kegelapan untuk meraih masa depan. Wanita hanya dianggap sebagai pelayan kaum laki-laki. Sekolah hanya sebatas tingkat Sekolah Rakyat (SR) atau sekarang disebut Sekolah Dasar (SD), setelah itu dipingit untuk menunggu dinikahkan oleh orang tuanya.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. ... - All Rights Reserved
Original Design by Creating Website Modified by Adiknya